Sabtu, 07 Juni 2014

Study Kasus Produktivitas Organisasi



Perusahaan Listrik Negara (PLN) Cabang Kabupaten Mendung Kelabu dihadapkan pada persoalan tingkat ketidakhadiran pegawai yang cukup tinggi. Pada hari setip senin dan jumat kurang lebih 26% pegawai tidak masuk kerja. Berdasarkan hasil rapat yang diikuti oleh para pimpinan PLN tersebut, hal ini sudah membudaya dan sulit diperbaiki sebab banyak yang mempunyai pekerjaan tambahan di luar kantor.
Basuki sebagai Kabag Kepegawaian, baru saja mengikuti pelatihan mengenai pengembangan sumberdaya manusia pada salah satu perguruan tinggi ternama. Setelah mengikuti pelatihan, Basuki terinspirasi untuk mengadakan perubahan dalam manajemen kepegawaian. Karena setelah dianalisis secara ekonomi, tingkat ketidakhadiran pegawai ini dapat merugikan perusahaan 1 juta Rupiah per minggu. Basuki yakin, dengan perubahan ini akan dapar mengurangi kerugian.
Basuki mengajukan rencana untuk menyelesaikan masalah ini kepada atasannya, Kepala Cabang PLN, yang bernama Badjuri. Rencana Basuki adalah sebagai berikut :
Setiap hari Juamt pukul 15.00 diadakan undian yang akan diratik setiap minggu. Kartu absen semua pegawai yang bekerja penuh mentaati jam kerja pada minggu itu akan dimasukkan ke dalam kotak undian. Setiap minggu 2 orang pemenang akan mendapatkan hadiah berupa Voucher Rp 500.000,- Pada setiap akhir bulan juga akan diadakan undian bulanan dimana pegawai yang tidak pernah absen saja yang akan diikutkan dalam undian. Undian bulanan menyediakan hadiah bagi satu pemenang berupa Voucher seharga 1 juta Rupiah.
Setelah menyimak rencana Basuki dan mengadakan kalkulasi dengan Kabag Keuangan, Badjuri sebagai Kepala Cabang menyetujui rencana ini, dan langsung diimplementasikan pada bulan berikutnya.
Setelah berjalan selama empat bulan, diadakan evaluasi terhadap tingkat ketidakhadiran pegawai. Hasilnya berkat kebijakan tersebut tingkat ketidakhadiran per minggu hanya sekitar 2 persen. Tetapi kemudian muncullah suatu persoalan. Bebrapa pegawai datang tapi tidak jelas melakukan pekerjaan apa, beberapa pegawai memaksakan diri untuk datang ke kantor walaupun dalam keadaan sakit yang perlu istirahat, sehingga memungkinkan terjadi penularan terhadap pekerja yang sehat.

Hasil Analisis :
I. Identifikasi permasalahan yang telah ada dan mungkin akan muncul
a.  Identifikasi Masalah yang telah ada
1.     Tingkat ketikehadiran karyawan yang cukup tinggi, kurang lebih 26% pegawai yang tidak masuk kerja.
2.    Masalah ketidakhadiran karyawan ini banyak disebabkan karena kebanyakan karyawan yang mempunyai pekerjaan tambahan diluar kantor.
3.    Tingkat ketidakhadiran karyawan dapat merugikan perusahaan 1 juta Rupiah per minggu.

b.  Identifikasi Masalah yang mungkin akan muncul
1.     Dari tingkat ketidakhadiran karyawan  juga akan merugikan perusahaan, karena tingkat produktivitasnya bisa menurun.
2.    Ketika pegawai hadir ke kantor tetapi tidak jelas melakukan pekerjaan apa, ini juga akan menimbulkan konflik di dalam perusahaan tersebut.
3.    Setelah Kepala Cabang PLN melaksanakan rencana Kabag Kepegawaian tentang undian terhadap karyawan yang tidak pernah absen dalam bekerja, banyak pegawai yang memaksakan diri untuk datang ke kantor walaupun dalam keadaan sakit yang perlu istirahat, sehingga memnungkinkan terjadinya penularan penyakit kepada karyawan yang sehat.

II. Rancangan Sistematis Solusi yang dapat dilakukan
1.  Memberikan Upah / Gaji berjenjang semakin naik, sesuai dengan point – point positif yang sudah terkumpul dari usaha karyawan yang tidak pernah absen dalam bekerja. Jangan menyesuaikan Gaji / Upah yang bergantung pada senioritas, yaitu yang sudah lama bekerja gajinya besar sedangkan yang baru masuk bekerja gajinya kecil. Ini salah satu cara untuk memotivasi karyawan yang sering absen dalam bekerja untuk tidak lagi absen dalam bekerja.
2. Memastikan kembali tentang fasilitas dan peralatan kantor yang dapat menunjang pekerjaan karyawan yang tersedia dengan baik, bila perlu memeberikan pelatihan tambahan.
3. Memberikan pengarahan ataupun dorongan kepada karyawan untuk memprioritaskan tugas – tugas yang lebih penting terlebih dahulu, agar karyawan tidak kewalahan dengan apa yang mereka kerjakan, sehingga mereka tidak menjadi malas dalam bekerja ataupun tidak sering absen lagi.
4. Memberikan undian berhadiah kepada karyawan yang rajin dan tidak pernah absen dalam bekerja. Ini juga menjadi salah satu motivasi untuk karyawan agar tidak sering absen lagi dalam bekerja.

III. Kajian Teori yang tepat atau kajian serupa kajian serupa pada perusahaan public
1. Motivasi dan Tindakan
Motivasi akan dikaitkan dengan tindakan, sebab motif yang besar tidak efektif tanpa ada tindakan yang merupakan follow-up dari motif tersebut. Oleh karena itu, perlu dipahami terlebih dahulu apa sebenarnya tindakan itu. Tindakan apapun merupakan salah satu jenis perbuatan manusia. Akan tetapi, perbuatan tersebut mengandung maksud tertentu yang memang dikehendakioleh orang yang melakukan kegiatan itu. Paling sedkit ada dua macam perbuatan, yaitu:
-      Pemikiran (thinking), yaitu perbuatan rohani yang menghendaki bekerjanya daya pikir (otak) manusia.
-      Tindakan (action), yakni perbuatan jasmani yang amat membutuhkan gerak otot tubuh manusia. Perbuatan ini mengandung maksud tertentu yang memang dikehendaki oleh yang bersangkutan.
Menurut Thoha (2010), perilaku atau tindakan manusia itu hakikatnya adalah berorientasi pada tujuan dengan kata lain bahwa perilaku seseorang itu pada umumnya dirangsang oleh keinginan untuk mencapai beberapa tujuan. Untuk keperluan ini, seorang manajer harus mengetahui dorongan atau kebutuhan seorang karyawan atau bawahannya. Seperti melakukan pendekatan – pendekatan kepada karyawan atau bawahannya untuk mengetahui kenapa karyawan tersebut sering sekali absen dalam bekerja ataupun malas dalam bekerjanya. Biasanya ini dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya kenyamanan di tempat kerja, yang jelas – jelas mempengaruhi motivasi dan tindakan karyawan.

2. Motivasi dan Kinerja
Para karyawan mendambakan bahwa kinerja mereka akan berkorelasi dengan imbalan-imbalan yang diperoleh dari organisasi. Para karyawan menentukan pengharapan-pengharapan mengenai imbalan-imbalan dan kompensasi yang diterima jika tingkat kinerja tertentu dicapai. Pengharapan-pengharapan ini menentukan tujuan dan tingkat-tingkat kinerja di masa depan. Karyawan yang mencapai tingkat kinerja yang dikehendaki mengharapkan tingkat kompensasi tertentu. Manajemen akan mengevaluasi dan memberikan imbalan pada kinerja karyawan. Contoh-contoh imbalan tersebut meliputi promosi, peningkatan bonus pegawai, dan imbalan-imbalan intrinsik seperti pengakuan dan peningkatan status. Para karyawan mempertimbangkan hubungan antara kinerja yang telah mereka berikan kepada organisasi, imbalan yang dikaitkan dengan kinerja tersebut, dan kewajaran hubungan tersebut. Pada akhirnya, karyawan menentukan tujuan-tujuan dan pengharapan berdasarkan pengalaman sebelumnya didalam organisasi.
Jika karyawan melihat bahwa kerja keras dan kinerja yang unggul diakui dan dberikan imbalan oleh organisasi, mereka akan mengharapkan hubungan seperti itu berlanjut terus di masa depan. Oleh karena itu, mereka akan menentukan tingkat kinerja yang lebih tinggi dan mengharapkan tingkat kompensasi yang lebih tinggi pula. Bila karyawan merasakan hubungan yang lemah antara kinerja dan imbalan, maka mereka akan menentukan tujuan-tujuan minimal guna mempertahankan pekerjaan mereka, tetapi tidak melihat perlunya menonjolkan diri dalam posisi-posisi mereka.
Terdapat dua kondisi yang harus dipenuhi jika menghendaki para karyawan merasa bahwa imbalan-imbalan terkait dengan kinerja. Pertama, hubungan antara kinerja dan imbalan-imbalan harus terlihat jelas oleh anggota-anggota dalam organisasi. Kedua, tingkat kepercayaan yang memadai haruslah ada antara para karyawan dengan manajemen organisasi. Kepercayaan adalah prasyarat yang perlu untuk sifat-sifat motivasional dari sistem kompensasi, karena jika para karyawan tidak mempercayai bahwa manajemen sungguh-sungguh memberikan imbalan-imbalan yang dijanjikaan untuk kinerja yang efektif, para karyawan tidak akan termotivasi untuk bekerja secara efektif. Oleh karena itu, penggunaan sistem kompensasi untuk memotivasi kinerja yang efektif membutuhkan kaitan yang jelas dan terlihat antara kinerja dan imbalan serta iklim kepercayaan antara orang-orang yang bekerja dan orang-orang yang memberikan imbalan.
Untuk mempertahankan pertalian antara kinerja dan motivasi ini (yang menguntungkan organisasi dan karyawan), organisasi perlu menyediakan:
Evaluasi yang akurat. Manajemen harus membentuk sebuah sistem penilaian kerja yang akurat untuk mengidentifikasi siapa-siapa karyawan yang menonjol, karyawan yang lemah, dan pelaksana yang jelek. Meskipun pengembangan penilaian kinerja yang akurat tidaklah mudah, hal ini merupakan kaitan kritis antara kinerja karyawan dan motivasi.
Imbalan-imbalan kinerja. Manajemen haruslah mengidentifikasi imbalan organisasional manakah yang terkait erat dengan tingkat-tingkat kinerja, dan mengatakan pada para karyawan bahwa gaji, kenaikan tunjangan, perubahan jam kerja atau kondisi kerja, atau pengakuan akan berhubungan langsung dengan kinerja.
Umpan balik para penyelia. Para penyelia harus memberikan umpan balik yang lengkap dan akurat kepada para karyawan pada saat menilai kinerja mereka. Para karyawan harus diberi tahu bahwa mereka bekerja dengan baik dan bidang-bidang kinerja mana yang memerlukan perbaikan.

Daftar Pustaka :

http://atika45e.blogstudent.mb.ipb.ac.id/2014/02/03/kajian-teori-hierarki-kebutuhan-maslow-atas-motivasi-kerja-karyawan-terhadap-kinerja-pegawai-studi-kasus-pt-bank-xyz/
 

Manajemen Konflik Copyright © 2008 Green Scrapbook Diary Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez