Sudah menjadi
sebuah stereotype[1]
bahwa konflik merupakan hal yang negatif. Padahal pada kenyataannya belum tentu
konflik yang terjadi dalam organisasi selalu akan berdampak buruk bagi prospek
organisasi dan anggota organisasi tersebut kedepannya. Perilaku anggota
organisasi dibentuk karena banyak faktor, faktor yang paling utama dan paling
berperan dalam menempa kepribadian atau perilaku anggota organisasi ialah
lingkungan. Apa-apa yang akan terjadi pada lingkungan sekitar pasti akan
terekam oleh memori seseorang, dan cepat atau lambat, akan ada perubahan yang
dialami oleh anggota organisasi pada sifat, gaya hidup, atau tingkah laku pada
dirinya.
Konflik disini
merupakan suatu kejadian atau kegiatan yang ada pada suatu organisasi yang
terjadi akibat adanya ketidakpuasaan yang dirasakan oleh anggota organisasi.
Ketidakpuasan disini bisa saja ketidakpuasan secara pribadi/personal atau
ketidakpuasan didalam ruang lingkup organisasi. Adanya perseteruan antar
anggota, atau anggota organisasi dengan atasan, atau bahkan kalangan atas
dengan kalangan atas merupakan hal yang sering terjadi pada suatu organisasi, dimana
hal-hal itu akan menghasilkan feedback yang berbeda pada tiap anggota
organisasi.
Berlawanan dengan
kepercayaan umum, konflik tidak selalu merupakan hal yang buruk atau
destruktif. Kenyataannya, konflik yang bisa teratasi dengan tepat akan
memberikan sejumlah keuntungan baik bagi perilaku masing-masing individu yang
terlibat dalam konflik itu maupun organisasi mereka sendiri
Penyebab
terjadinya konflik dalam suatu organisasi adalah :
- Perbedaan individu, yang meliputi
perbedaan pendirian, perasaan dan pendapat.
Perbedaan
persepsi seperti ini biasanya sangat mudah memicu terjadinya konflik dalam
suatu organisasi. Karena pada umumnya visi misi yang berbeda akan sulit untuk
dihindari agar tidak terjadinya konflik organisasi.
- Perbedaan latar belakang kebudayaan
sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda. Seseorang sedikit banyak akan
terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya.
Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan
perbedaan individu yang dapat memicu konflik dalam organisasi.
- Perbedaan kepentingan individu atau
kelompok. Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan
yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang
atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat
melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh,
Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor
guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan,
hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas
terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya
sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat.
- Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan
mendadak dalam masyarakat, Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi,
tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan
tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial
- Perbedaan pola interaksi yang satu
dengan yang lainnya.
Perbedaan Pola interaksi individu dengan individu yang lain ditekankan pada aspek - aspek individual, yang setiap perilaku didasarkan pada keinginan dan tujuan pribadi, dipengaruhi oleh sosio-psikis pribadi, dan akibat dari hubungan menjadi tanggung jawabnya.
Perubahan Perilaku Pada Suatu Organisasi
atau Individu
Perilaku adalah suatu
kegiatan, perbuatan, dan tindakan yang dilakukan seseorang terhadap diri
sendiri ataupun lingkungannya. Seorang individu pasti akan mengalami perubahan
perilaku pada dirinya, baik perubahan yang tidak terlalu terlihat oleh orang
lain, ataupun perubahan yang sifatnya hampir menyeluruh. Setiap individu pasti
berbeda dalam melihat suatu masalah dalam hidupnya, dan pasti akan berbeda pula
dalam menyikapi masalah yang terjadi pada dirinya, hal ini didasarkan akan
kepribadian mereka masing-masing.
Sudah menjadi sebuah fakta bahwa suatu organisasi tidak akan berjalan tanpa adanya anggota, dan suatu organisasi tidak akan berjalan dengan lancar tanpa ketekunan dan komitmen anggota terhadap tujuan organisasi itu sendiri. Ketika seseorang berada pada suatu organisasi, maka perubahan perilaku seseorang merupakan variabel penting yang harus diperhatikan. Perubahan perilaku merupakan hal yang sangat sensitif bagi kelangsungan perjalanan sebuah organisasi. Dengan adanya perubahan perilaku pada seorang anggota bukan berarti akan selalu membawa dampak yang buruk bagi suatu organisasi, dampak positif juga dapat terjadi ketika perubahan perilaku mengarah pada perubahan yang positif pula.
Sudah menjadi sebuah fakta bahwa suatu organisasi tidak akan berjalan tanpa adanya anggota, dan suatu organisasi tidak akan berjalan dengan lancar tanpa ketekunan dan komitmen anggota terhadap tujuan organisasi itu sendiri. Ketika seseorang berada pada suatu organisasi, maka perubahan perilaku seseorang merupakan variabel penting yang harus diperhatikan. Perubahan perilaku merupakan hal yang sangat sensitif bagi kelangsungan perjalanan sebuah organisasi. Dengan adanya perubahan perilaku pada seorang anggota bukan berarti akan selalu membawa dampak yang buruk bagi suatu organisasi, dampak positif juga dapat terjadi ketika perubahan perilaku mengarah pada perubahan yang positif pula.
Daftar Pustaka :
http://cantrawayang.blogspot.com/2013/08/pola-dan-tahapan-interaksi-sosial.html
[1]stereotype merupakan
standarisasi konsepsi atau gambaran – gambaran mengenai group – group tertentu,
baik itu berdasarkan kategorisasi kesukuan, ras, agama, dll.